SHIROTHOL MUSTAQIEM yang diartikan jalan yang lurus itu, bukan berarti lurus lempeng tanpa lengkungan atau liku-liku, melainkan luru...
SHIROTHOL MUSTAQIEM yang diartikan jalan yang lurus itu, bukan berarti lurus lempeng tanpa lengkungan atau liku-liku, melainkan lurus mengarah tepat ke tujuan yang ingin dicapai, tidak meleset atau melenceng.
Garis lurus yang demikian itu mutlak harus dipandu oleh dua titik, sehingga arahnya pasti tidak akan melenceng kecuali jika dibengkokkan. Sedangkan garis lurus yang ditarik hanya dari atau melalui satu titik saja, arahnya bisa melenceng kemana saja.
Shirothol Mustaqiem yang dimaksud adalah perjalanan misi (sieroh) para Nabi/Rosul bersama para pengikutnya. Maka dua titik pemandu yang Allah tetapkan adalah: IBRAHIM sebagai IMAM, dan MUHAMMAD sebagai KHOTAM, dimana Muhammad diperintah Allah untuk mengukuti Millah Ibrahim.
ثُمَّ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ أَنِ ٱتَّبِعۡ مِلَّةَ إِبۡرَٲهِيمَ حَنِيفً۬اۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِڪِينَ
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah Millah Ibrahim, secara hanief (serasi, selaras) dan dia itu bukan termasuk golongan Musyrikin”. (An Nahl : 123)
Oleh sebab itu, menuju ridho Allah hanya bertitik tolak dari Muhammad saja, arahnya pasti melenceng. Apalagi jika dari Muhammad pun tidak, cukup dari seorang ulama, mengarah ke ulama lainnya (madzhab atau aliran) maka yang terjadi adalah simpang siur pabaliut saling silang tabrak, seperti yang berlangsung berabad-abad di kalangan Kaum Muslimin sedunia
Sadarilah segera, bahwa dengan fenomena yang ada, yang akan didapat bukanlah Ridho Allah, melainkan murka dan laknatNya. Naudzubillah.