Anggapan dan pemikiran bahwa Islam itu suatu konsep yang definitif dan permanen (tidak berubah) sepanjang zaman, adalah pemikiran bahwa Islam itu mati. Karena yang tidak mengalami pertumbuhan dan perubahan metamorfosis itu adalah sesuatu yang mati, dan inilah sifat dari segala produk (hasil karya) manusia.
Anggapan dan pemikiran bahwa Islam itu suatu konsep yang definitif dan permanen (tidak berubah) sepanjang zaman, adalah pemikiran bahwa Islam itu mati. Karena yang tidak mengalami pertumbuhan dan perubahan metamorfosis itu adalah sesuatu yang mati, dan inilah sifat dari segala produk (hasil karya) manusia.
Setelah alam tercipta, apapun yang kemudian muncul terbentuk dan eksis di
bumi dan itu mati, pasti itu merupakan produk (buatan) manusia. Adapun segala yang
Allah munculkan sebagai produk ("karya")-Nya, hanya berupa sesuatu
(makhluk) yang hidup.
Allah tidak menciptakan lagi materi yang baru, melainkan hanya menjalankan
proses pada materi yang ada untuk terbentuk menjadi makhluk hidup, yang suatu
saat akan mati lagi, dan selanjutnya (mungkin dari materi yang itu-itu juga)
terbentuk lagi makhluk hidup. Begitulah seterusnya sebagian fenomena
"aktivitas" Allah di bumi, dan hanya Allah saja yang bisa
melakukannya.
تُخۡرِجُ ٱلۡحَىَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ وَتُخۡرِجُ ٱلۡمَيِّتَ مِنَ ٱلۡحَىِّۖ
Engkau munculkan (sesuatu) yang hidup dari (zat) yang mati, dan Engkau
keluarkan (hasilkan) sesuatu yang mati dari (makhluk) yang hidup. (Ali Imron
: 27)
Maka dapat dirumuskan suatu kaidah:
Segala sesuatu yang hidup itu pasti (dan hanya) dari Allah, dan yang dari
Allah itu hanya sesuatu yang hidup. Apapun yang terbentuk dan eksis di bumi dan merupakan sesuatu yang mati
(tidak hidup), itu pasti buatan manusia.
Hasil karya manusia yang bisa bertahan eksis ribuan tahun, meskipun mati, tapi
semakin tua usia eksistensinya, jadi semakin tinggi nilainya. Seperti candi
Borobudur di Jawa, menara Eifel di Paris, dan lain-lain.
Adapun sesuau yang mati dari yang asalnya hidup adalah mayat atau bangkai yang
akan menjadi busuk atau menakutkan.
Kaidah tersebut di atas, pastinya berlaku juga bagi sesuatu yang tak
berwujud (immateri), antara lain betupa berupa Konsep Hidup (ajaran) yang
dianut.
Ajaran Islam (Dienul Islam) yang dari Allah, adalah konsep yang hidup,
sebagaimana segala sesuatu yang dimunculkan Allah. Kemudian segala yang hidup
itu pasti mengenal adanya usia tertentu (terbatas), adanya kematian (ajal),
adanya sistem tertentu pada regenerasi (reproduksi) dan fenomena metamorfosis,
baik yang terjadi sepanjang hidup suatu individu makhluk, dan juga metamorfosis
antar generasi dari zaman ke zaman (evolusi).
Allah menggambarkan konsep hidup yang baik itu (Kalimah Thiyyibah) seumpama
pohon yang baik (Syajaroh Thoyyibah), pada kalam-Nya sebagai berikut:
أَلَمۡ
تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلاً۬ كَلِمَةً۬ طَيِّبَةً۬ كَشَجَرَةٍ۬
طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٌ۬ وَفَرۡعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ (٢٤) تُؤۡتِىٓ أُڪُلَهَا كُلَّ حِينِۭ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَڪَّرُونَ (٢٥) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ۬ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ ٱجۡتُثَّتۡ مِن فَوۡقِ ٱلۡأَرۡضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍ۬
Tidakkah kamu perhatikan betapa Allah telah menggelar perumpamaan, bahwa
kalimah (konsep kehidupan) yang baik itu ibarat pohon yang baik, akarnya
tertancap kokoh (di bumi) dan cabangnya (pucuknya) di langit.
Pohon tersebut mendatangkan manfaat (kenikmatan) disetiap saat (sepanjang
masa) dengan izin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia, mudah-mudahan mereka (bisa) mengambil pelajaran.
Dan perumpamaan kalimah (konsep) yang buruk seperti pohon yang buruk, yang
telah ditebang dari atas permukaan bumi, tidak punya sedikitpun tempat
bertancap. (Ibrahim : 24-26)
Dienul Islam itu adalah konsep hidup yang baik (Kalimah Thoyyibah) dan
HIDUP. Allah menggambarkannya sebagai pohon (Syajaroh Thoyyibah) yang (dari
generasi ke generasi) menampilkan peradaban yang terus tumbuh berkembang sampai
ketinggian yang tak terhingga (puncaknya "di langit").
Sedangkan konsep yang buruk itu ibarat pohon yang telah ditebang, tidak lagi
tertancap di bumi. Pastilah pohon itu mati. Kalaupun bisa "diawetkan"
dan tetap eksis, tampilannya tetap akan tidak berubah dari saat ditebangnya
itu, selain kemungkinan memburuk dan membusuk.
Mayoritas kaum Muslimin di bumi ini keukeuh peuteukeuh bahwa Islam itu, baik
aturan-aturan hukumnya (syari'at) maupun tampilan kulturalnya, seperti apa yang
(diduga) "terpotret" dari kehidupan Rosulullah Muhammad 15 abad
silam.
Manusia telah menebang "POHON" itu, tidak lagi
"nyambung" ke bumi, maka iapun mati. Tidak ada yang bisa ditampilkan
dari sesuatu yang sudah mati selain kekumuhan dan fenomena menakutkan.
Maka sekali lagi
JANGAN MAU ISLAM YANG MATI.