Ketika kita meluncurkan konsep Millah Ibrahim yang berbasis: Kekholisan Iman ("tauhid"), kesucian, kedamaian, kerja kera...
Ketika kita meluncurkan konsep Millah Ibrahim yang berbasis:
Kekholisan Iman ("tauhid"), kesucian, kedamaian, kerja keras (keshalihan), kemakmuran dan kebersamaan/toleransi, seseorang mengajukan sanggahan dengan menyodorkan ayat:
قَـٰتِلُواْ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَلَا بِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُ ۥ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ ٱلۡحَقِّ مِنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡڪِتَـٰبَ حَتَّىٰ يُعۡطُواْ ٱلۡجِزۡيَةَ عَن يَدٍ۬ وَهُمۡ صَـٰغِرُونَ
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan tidak mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan Rosulnya, dan tidak beragama dengan Dienul Haqqi, dari kalangan mereka yang diberi Al Kitab, sampai mereka membayar jizyah (upeti) dan mereka tak berdaya. [At-Taubah : 29]
Disodorkannya ayat tersebut, tentu dengan maksud mengajukan hujjah bahwa "memerangi orang-orang kafir" itu merupakan misi yang diamanahkan Allah.
Ayat diatas adalah petunjuk Allah bagi kaum Muslimin ketika mereka dalam keadaan perang. Antara lain, bahwa perang dimaksud targetnya bukan membantai atau bukan "melenyapkan etnis", melainkan menghentikan aksi-aksi mereka anti "Dienul Haqq" dan membayar ganti rugi. Bukan untuk memprovokasi mereka dan mengobarkan perang tanpa alasan.
وَقَـٰتِلُوهُمۡ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتۡنَةٌ۬ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ لِلَّهِۖ فَإِنِ ٱنتَہَوۡاْ فَلَا عُدۡوَٲنَ إِلَّا عَلَى ٱلظَّـٰلِمِينَ
Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah dan eksistensi Ad Dien ini sebagai milik Allah (tidak ada lagi pihak-pihak yang mengintervensi tanpa hak). Maka jika mereka mengakhiri (aksi fitnah mereka), maka tidak ada lagi permusuhan kecuali atas orang-orang yang dholim. [Al-Baqara : 193]
Petunjuk tentang perang, tentunya dipedomani ketika kita berada dalam perang itu. Sebagaimana ayat-ayat petunjuk tentang manasik haji misalnya, atau shaum, tentu untuk pedoman ketika mereka mengerjakan haji atau shaum itu. Bukan untuk segala keadaan.
Perang menurut Allah, adalah sesuatu yang mau tidak mau ("kutiba 'alaikum") harus dihadapi, ketika orang-orang Mukmin dihadapkan pada situasi yang mau tidak mau harus dipertahankan, meski dengan perang sekalipun.
Bukan sesuatu yang harus diciptakan, sehingga ummat Islam harus jadi agrisor, memerangi semua orang yang tidak beriman dan tidak beragama Islam. Naif sekali.
Situasi yang dihadapi dan karena itu Allah mengijinkan kita berperang hanya ada 2 alasan:
1. Dipaksa, ditekan untuk tardid, keluar dari agama yang kita yakini sebagai "Dienul Haqqi" dari Allah.
وَقَـٰتِلُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱلَّذِينَ يُقَـٰتِلُونَكُمۡ وَلَا تَعۡتَدُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِينَ
Dan perangilah di Jalan Allah, orang-orang yang memerangi kamu. Dan janganlah melakukan pelanggaran, sesungguhnya Allah tidak suka kepada yang melanggar. [Al-Baqara : 190]
... وَلَا يَزَالُونَ يُقَـٰتِلُونَكُمۡ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمۡ عَن دِينِڪُمۡ إِنِ ٱسۡتَطَـٰعُواْۚ ...
... dan mereka tak akan berhenti memerangi kamu, sampai mereka berhasil membuatmu tardid dari agamamu ... [Al-Baqara : 217]
2. Diusir dari kampung halaman
... قَالُواْ وَمَا لَنَآ أَلَّا نُقَـٰتِلَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَقَدۡ أُخۡرِجۡنَا مِن دِيَـٰرِنَا وَأَبۡنَآٮِٕنَاۖ ...
... "mereka berkata, mana mungkin kami tidak mau berperang di Jalan Allah, padahal kami telah mereka usir dari kampung halaman kami dan anak-anak kami ... (Al-Baqara : 246)
Sangat serasi bahwa Islam itu "agama fitrah", yakni serasi dan sejalan dengan fitrah manusia, maka kedua alasan di atas, benar-benar fithri, manusiawi. Sangat layak sekali kalau manusia harus berperang untuk kedua alasan di atas.
Jika At Taubah : 29 di atas diterapkan segala keadaan, setidaknya tanpa kedua alasan di atas, ini berarti (menurut dia yang menyodorkan ayat tersebut) ummat islam harus mengagendakan memerangi semua manusia di muka bumi yang dianggap tidak beriman dan tidak beragama Islam, tidak menjalankan Syari'at Islam.
Subhanallahi 'ammaa yashifuun.
Sungguh sebuah pencemaran atas kesucian dan keagungan Dienullah. Karena sebenarnya Allah memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih apapun, dengan catatan bahwa semuanya akan ia pertanggungjawabkan di Hari Akhir.
وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ
"Dan katakanlah bahwa kebenaran (Al Haq) itu dari Tuhanmu. Maka barangsiapa yang mau beriman, berimanlah. Dan barangsiapa yang mau kafir, kafirlah ... [Al-Kahf : 29]
لَآ إِكۡرَاهَ فِى ٱلدِّينِۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَىِّۚ
Tidak ada pemaksaan dalam agama ini. Sungguh telah nyata bedanya petunjuk dan kesesatan ... [Al-Baqara : 256]
وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَأَمَنَ مَن فِى ٱلۡأَرۡضِ ڪُلُّهُمۡ جَمِيعًاۚ أَفَأَنتَ تُكۡرِهُ ٱلنَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُواْ مُؤۡمِنِينَ
"Kalau sekiranya Robbmu menghendaki, pasti beriman setiap orang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu akan memaksa manusia sehingga mereka menjadi mukmin?" [Yunus : 99]
Lebih jauh lagi jika At Taubah : 29 di atas ditelaah secara cermat (tartil), tampak jelas disitu: "siapa disuruh memerangi siapa".
Yaitu, pengemban/penegak Dienul Haq disuruh memerangi para penyandang Al Kitab yang tidak mau menegakkan Dinul Haq itu. Tentunya setelah adanya salah satu atau kedua alasan di atas. Yaitu mereka melancarkan fitnah provokasi menghendaki agar kita keluar dari keyakinan kita itu, dan atau mengusir kita dari kampung halaman.
Di sisi lain Allah menunjukkan, siapa yang punya keinginan memaksa kelompok tertentu untuk meninggalkan keyakinannya, yang Allah sendiri tidak pernah memerintahkan itu.
... وَدَّ ڪَثِيرٌ۬ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَـٰبِ لَوۡ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعۡدِ إِيمَـٰنِكُمۡ كُفَّارًا حَسَدً۬ا مِّنۡ عِندِ أَنفُسِهِم
Banyak dari Ahli Kitab yang menginginkan untuk mengembalikan (mentardid) kamu, setelah kamu beriman agar kafir lagi, karena kedengkian dari jiwa-jiwa mereka ... [Al-Baqara : 109]
Orang-orang yang dipaksa tardid itulah yang punya alasan (ijin) untuk memerangi. Bukan sebaliknya, memerangi orang lain untuk dipaksa tardid.
... ثُمَّ أَنتُمۡ هَـٰٓؤُلَآءِ تَقۡتُلُونَ أَنفُسَكُمۡ وَتُخۡرِجُونَ فَرِيقً۬ا مِّنكُم مِّن دِيَـٰرِهِمۡ تَظَـٰهَرُونَ عَلَيۡهِم بِٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٲنِ
"Kemudian kamu-kamu ini memerangi sesamamu dan mengusir segolongan diantara kamu sendiri dari kampung halaman mereka. Kalian saling mendohirkan atas mereka, noda-noda dan permusuhan ..." [Al-Baqara : 85]
Bisa-bisanya mereka mengklaim sebagai penganut "Dienul Haq" dan berhak memerangi orang lain. Padahal nyaris tak sebutirpun ajaran yang dianutnya itu terbuktikan dari Allah. Semua hujjahnya tidak sampai ke Allah. Berhenti dan dianggap cukup sampai ke Ulama melalui kitab-kitab yang mereka tulis.
Sudah menjadi fenomena umum, bahwa setiap orang Islam merasa mendapat petunjuk atau petintah Allah, ketika membaca Al Quran berupa kitab yang ditulis. Padahal Allah tidak pernah menyampaikan satu kalampun (apalagi perintah) kepada manusia, selain dengan 3 cara, sebagaimana diterangkan pada Asy Syuro : 41.
Mereka itulah yang merupakan akibat atau korban dari tindakan manusia sebagaimana yang Allah ungkapkan pada Al Baqoroh : 78-79.
Begitulah akibatnya. Kalamullah disempal-sempal, dipreteli, kemudian dipasang dimana sukanya.
MAHA BENAR ALLAH YANG MAHA AGUNG.