Syahadah (شهادة), memiliki arti "kesaksian", "pengakuan", "bukti". Bahkan dipakai juga sebagai title...
Syahadah (شهادة), memiliki arti "kesaksian", "pengakuan", "bukti". Bahkan dipakai juga sebagai title/ judul "Surat Pernyataan" dan "Ijazah".
Dalam ajaran Islam, syahadat dianggap oleh ummat Islam sebagai pertanda status muslim. Dimana orang yang (sudah) membaca syahadat maka dia dianggap sebagai muslim. Karena dia bersaksi, mengakui, dan menyatakan bahwa Allah adalah Tuhannya, dan Muhammad adalah Rasulullah.
Hal ini sebetulnya merupakan nusukiyah atau ritual warisan Rasulullah, bahwa ketika seseorang masuk Islam, dia harus membaca dua kalimah syahadat, di hadapan Rasul-Nya sebagai agen tunggal Allah SWT. Kalimah syahadat yang dia bacakan di hadapan Rasulullah tersebut menjadi alasan buat Rasulullah untuk mengakui dan menjadi saksi atas status kemuslimannya dan mengakuinya sebagai pengikutnya (makmum).
Pada perkembangannya saat ini, syahadat telah kehilangan essensinya. Syahadat saat ini hanyalah pengakuan sepihak dari seseorang yang mengaku muslim. Seseorang yang sudah membaca syahadat berarti dia mengakui bahwa Allah dan Rasul-Nya adalah pemimpinnya. Kemudian dia merasa dan meyakini bahwa dia muslim. Perkara apakah Allah dan Rasul-Nya mengakui status kemuslimannya, mengakui bahwa dia adalah pengikutnya, dia tidak pernah tahu dengan yakin kecuali dengan mudah-mudahan, atau malah keyakinan yang apologis dan dipaksakan.
Betapa tidak, yang Allah tugaskan sebagai saksi adalah Rasul-Nya. Rasul-lah yang bertugas sebagai saksi (bukti) bahwa si A adalah pengikutnya, si A adalah muslim. Bukan sebaliknya. Bukan si A yang harus menyaksikan bahwa si B adalah Rasulullah. Allah tidak pernah menugaskan siapapun untuk menjadi saksi atas kerasulan seseorang. Meskipun seluruh manusia tidak mau mengakui kerasulan seseorang, tidak masalah buat Allah, Allah tidak butuh itu, cukup Allah saja saksinya.
Hal ini jelas sekali Allah paparkan dalam firman-Nya :
وَكَذَٲلِكَ جَعَلۡنَـٰكُمۡ أُمَّةً۬ وَسَطً۬ا لِّتَڪُونُواْ شُہَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيۡكُمۡ شَهِيدً۬اۗ وَمَا جَعَلۡنَا ٱلۡقِبۡلَةَ ٱلَّتِى كُنتَ عَلَيۡہَآ إِلَّا لِنَعۡلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِۚ وَإِن كَانَتۡ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَـٰنَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٌ۬ رَّحِيمٌ۬
"Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu sekalian, umat yang adil (tengah-tengah) supaya kamu sekalian menjadi saksi atas manusia dan SUPAYA RASUL MENJADI SAKSI ATAS KAMU. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (Al-Baqarah : 143)
Hal ini juga dapat kita jumpai dalam surat Al-Hajj : 78. Atau yang lebih spesifiknya, tugas Rasul disebutkan dalam ayat berikut ini:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّبِىُّ إِنَّآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ شَـٰهِدً۬ا وَمُبَشِّرً۬ا وَنَذِيرً۬ا (٤٥) وَدَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذۡنِهِۦ وَسِرَاجً۬ا مُّنِيرً۬ا
"Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai (untuk jadi) SAKSI dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan sebagai (untuk jadi) penyeru kepada (jalan) Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi." (Al-Ahzab : 45-46)
Masalah kerasulannya, cukup Allah saja saksinya.
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُ ۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُ ۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدً۬ا
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan dienul-haq agar didhohirkan-Nya atas semua agama. Dan CUKUPLAH ALLAH SEBAGAI SAKSI", (Al-Fath : 28)
وَيَقُولُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَسۡتَ مُرۡسَلاً۬ۚ قُلۡ ڪَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدَۢا بَيۡنِى وَبَيۡنَڪُمۡ وَمَنۡ عِندَهُ ۥ عِلۡمُ ٱلۡكِتَـٰبِ
"Berkatalah orang-orang kafir: "Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul". Katakanlah: "CUKUPLAH ALLAH MENJADI SAKSI antara aku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab". (Ar Ra'd : 43)
Ungkapan manusia "Aku bersaksi bahwa engkau adalah rasulullah", malah Allah respon dengan sindiran "Aku juga tahu". Ungkapan semacam itu dapat menjerumuskan seseorang pada kemunafikan bila nantinya (kelak) tindakannya berbeda dengan ajaran yang terkandung didalam ungkapannya tersebut. Ini terlihat dalam ayat berikut ini:
إِذَا جَآءَكَ ٱلۡمُنَـٰفِقُونَ قَالُواْ نَشۡہَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ ۥ وَٱللَّهُ يَشۡہَدُ إِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ لَكَـٰذِبُونَ
"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami bersaksi, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui (Allah juga tahu, red.) bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta." (Al Munafiqun : 1)
Disisi lain, Allah justru menyuruh orang-orang yang ingin menjadi pengikut-Nya, atau ingin menjadi ummat-Nya, untuk menghadap Rasul-Nya dan meminta Rasulullah untuk menjadi saksinya. Karena memang itulah tugas Rasul.
فَلَمَّآ أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنۡہُمُ ٱلۡكُفۡرَ قَالَ مَنۡ أَنصَارِىٓ إِلَى ٱللَّهِۖ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ نَحۡنُ أَنصَارُ ٱللَّهِ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ
"Maka tatkala Isa merasakan kekufuran mereka, berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah (wahai Isa), bahwa sesungguhnya kami adalah muslim". (Ali Imron : 52)
Dan orang-orang beriman setelahnya, termasuk pada jaman kita, Allah perintahkan untuk meniru apa yang telah dilakukan oleh Nabi Isa dan pengikut setianya. Silakan dibuka dalam surat Ash-Shaf : 14 tentang perintah Allah tersebut.
Maka pertanyaan paling mendasar atas status kemusliman kita adalah "Apakah Rasul mengakui kita sebagai muslim dan sebagai pengikutnya?". Karena sekeras apapun kita mengaku muslim, bila Allah melalui Rasul-Nya tidak mengakui, maka percuma. Bahkan meskipun seluruh manusia di muka bumi (selain Rasul-Nya) mengakui.
Dalam institusi apapun, status itu bukan diakui oleh diri sendiri, melainkan diberikan oleh yang berwenang atasnya. Tidak bisa seseorang mengaku diri sebagai mahasiswa bila tidak diakui oleh institusi perguruan tinggi melalui kewenangan rektor dan aparatnya. Tidak bisa seseorang mengaku diri sebagai penduduk sebuah negara bila tidak diakui oleh presiden dan aparaturnya. Tidak bisa seseorang mengaku diri sebagai suami dari seorang wanita bila tidak diakui lembaga yang syah. Dan sesuai ayat-ayat-Nya, tidak bisa seseorang mengaku muslim bila tidak diakui oleh Allah melalui Rasul-Nya.
Maka apakah kita sudah "bersyahadat"? Ataukah kita hanya "mengucapkan kalimah syahadat"?
Mari tidak bercukup diri, karena di Hari Akhir nanti Allah akan mendatangkan Rasul-Nya sebagai saksi. Dan Allah tidak akan menerima kesaksian atas diri sendiri.
فَكَيۡفَ إِذَا جِئۡنَا مِن كُلِّ أُمَّةِۭ بِشَهِيدٍ۬ وَجِئۡنَا بِكَ عَلَىٰ هَـٰٓؤُلَآءِ شَہِيدً۬ا (٤١) يَوۡمَٮِٕذٍ۬ يَوَدُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَعَصَوُاْ ٱلرَّسُولَ لَوۡ تُسَوَّىٰ بِہِمُ ٱلۡأَرۡضُ وَلَا يَكۡتُمُونَ ٱللَّهَ حَدِيثً۬ا
"Maka bagaimanakah apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)"
"Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disama-ratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan dari Allah sesuatu kejadianpun". (An Nisa : 41-42)
يَـٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ أَلَمۡ يَأۡتِكُمۡ رُسُلٌ۬ مِّنكُمۡ يَقُصُّونَ عَلَيۡڪُمۡ ءَايَـٰتِى وَيُنذِرُونَكُمۡ لِقَآءَ يَوۡمِكُمۡ هَـٰذَاۚ قَالُواْ شَہِدۡنَا عَلَىٰٓ أَنفُسِنَاۖ وَغَرَّتۡهُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَشَہِدُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِہِمۡ أَنَّهُمۡ كَانُواْ ڪَـٰفِرِينَ
"Hai golongan jin dan manusia, belumkah datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri". Kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir." (Al-An'am : 130)
Wallahu a'alam...
Lantas bagaimana caranya "bersyahadat" supaya Rasulullah mengakui kita sebagai ummatnya? Insyaallah di lain kesempatan kita lanjutkan pembahasannya...